Sabtu, 04 Juli 2015

Perkembangan daerah Penyangga Jakarta Setelah kota depok adalah daerah Citayam

Rencana pembangunan dua jalan tol yang melintas di Kota Depok akan dimulai tahun ini. Dua jalan tol yang akan dibangun itu adalah Jalan Tol Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 kilometer dan Jalan Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14,5 kilometer. Pembangunan dua jalan tol di Depok dinilai sebagai pembangunan transformasi ketiga di kota satelit ini.

Transformasi pertama adalah pembangunan kawasan perumnas tahun 1976-1980, dan dianggap pembangunan yang berhasil karena merupakan proyek percontohan perumnas. Transformasi kedua adalah pindahnya Kampus Universitas Indonesia ke Depok tahun 1987. Perpindahan Kampus UI ke Depok ini mengubah wajah Kota Depok. Dan transformasi ketigaadalah rencana pembangunan dua jalan tol.


Rencana pembangunan jalan tol tersebut membuat Kota Depok kini makin dilirik investor. Sekarang saja sejumlah pusat perbelanjaan dibangun di Jalan Margonda Raya. Lihatlah, misalnya, ITC Depok (103.270 m2 ) yang dikelola |Grup Sinarmas, Depok Town Square (Detos) seluas 160.000 m2 milik PT Lippo Karawaci, dan Margo City Square (49.000 m2) milik Grup Djarum. Para investor besar ini mengantisipasi perkembangan Kota Depok yang sangat pesat, terutama bila dua jalan tol selesai dibangun, tiga-empat tahun ke depan.

Kota Depok saat ini luasnya 20.029 hektar (200,2 m2), atau kurang sepertiga luas Kota Jakarta yang 650 km2. Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2005 tercatat 1,374 juta jiwa dengan kepadatan rata-rata 6.244,14 jiwa/kilometer persegi. Dari luas kota itu, 50 persen kawasan sudah dibangun, sisanya masih lahan tak terpakai. Jalan Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14 km akan berfungsi secara regional karena menghubungkan wilayah Tangerang, Bogor, Bekasi, dan
Jakarta. Jalan tol dengan enam lajur yang total selebar 30 meter ini rencananya akan melalui Jalan Tol Bumi Serpong Damai (BSD) dan Jalan Tol Merak-Jakarta, dan pada akhirnya menembus masuk Kota Tangerang. Tol Cinere-Jagorawi ini juga menghubungkan wilayah Bogor karena melintas di Jalan Tol Jagorawi serta menghubungkan wilayah Bekasi karena melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dan akhirnya menembus Kota Cikarang.Kehadiran Jalan Tol Cinere- Jagorawi ini diharapkan dapat mengurangi beban jalan tol dalam kota Jakarta, yang saat ini sudah terlalu padat dan selalu macet.

Jalan tol lainnya yang akan dibangun dalam waktu bersamaan adalah Jalan Tol Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 km. Jalan tol ini akan menghubungkan Jakarta Selatan (Jalan P Antasari), Kota Depok, dan Kabupaten Bogor sehingga memudahkan akses warga Depok dan Bogor yang akan ke Jakarta dan sebaliknya. Sepanjang 2 km pertama jalan tol ini masuk wilayah Jakarta, setelah itu sepanjang 16 km melewati Kota Depok hingga Citayam, dan sepanjang 4 km masuk wilayah Kabupaten Bogor hingga kawasan Bojonggede.

Pusat bisnis baru
Rencana pembangunan dua jalan tol ini membuat Bappeda Kota Depok mengantisipasi pertumbuhan kota. Kami sudah siapkan rencana kawasan bisnis baru di sepanjang koridor Tol Antasari-Citayam dengan membuat lima cluster wilayah pengembangan, ujar Herman. Pertama cluster Limo dengan konsentrasi untuk hunian, pendidikan, dan rekreasi. Kedua cluster Krukut/Grogol untuk hunian dan komersial. Ketiga cluster Rangkapan Jaya untuk hunian, rekreasi, dan komersial. Keempat cluster Cipayung untuk hunian, pendidikan terpadu, dan fasilitas komersial. Dan, kelima cluster Pondok Jaya untuk pusat perdagangan dan kebutuhan pokok. Lima cluster itu diprediksikan
tumbuh sebagai pusat-pusat bisnis baru. Penyusunan cluster ini untuk mengendalikan pertumbuhan kota di sekitar jalan tol sehingga pembangunan tidak serampangan dan semrawut.

Selama ini pertumbuhan kawasan bisnis Kota Depok terpusat di Jalan Margonda Raya. Lihatlah di sepanjang jalan itu ada bengkel otomotif, toko, restoran, mal, plaza, ruko, dan warnet yang menjamur. Tak heran jika jalan utama kota ini selalu padat, terutama pada jam sibuk. Pembangunan jalan tol ini diperkirakan akan menjadi faktor pembangkit bagi pertumbuhan kawasan Depok Tengah dan Depok Barat, yang selama ini cenderung agak terpisah dibandingkan wilayah timur Depok. Yang pasti, dua jalan tol ini akan mempersingkat jarak tempuh
Depok dan Jakarta, serta Depok dengan Tangerang, Bekasi, dan Bogor.
Menurut Herman, lokasi yang berpotensi dan berpeluang jadi pusat kegiatan usaha adalah Beji dan Pancoran Mas (Jalan Margonda Raya sampai Jatimulya).

Tiga pusat pertumbuhan baru yang diperkirakan cepat berkembang setelah jalan tol dibangun adalah Cinere dan Jalan Limo Raya, serta Sawangan dan kawasan Rangkapan Jaya. Saat ini kompleks perumahan skala besar atau real estat dengan segmen pasar menengah dan menengah atas berlokasi di Sawangan, Limo, dan Beji.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah masyarakat Depok mendukung pembangunan dua jalan tol ini? Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail berharap warganya mendukung pembangunan infrastruktur kota itu karena kehadiran dua jalan tol tersebut akan mempercepat pertumbuhan kota.
Jalan Tol Cinere-Jagorawi, misalnya, akan memakan lahan 135 hektar, berlokasi di sebelah utara jalur pipa gas. Sejumlah permukiman warga akan tergusur, termasuk rumah di Kompleks Pelni dan Taman Duta Depok. Kepala Subbag Pemerintahan Umum Pemkot Depok Theo S menegaskan, ganti rugi akan diberikan sesuai nilai jual obyek pajak (NJOP) dan langsung kepada warga tanpa perantara. Warga dapat mengambil ganti rugi di bank sehingga terbebas dari pungli oknum aparat. Bagi Syahruddin (50), Ketua RT 01 RW 07, Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok, yang rumahnya dekat jalur pipa gas, yang penting warga tidak dizalimi. Sosialisasi ganti rugi harus transparan dan tidak merugikan warga. Kalau itu yang terjadi, kami dukung proyek jalan tol ini, katanya. Proyek dua jalan tol ini salah satu pekerjaan rumah bagi Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail yang harus diselesaikan. Setidaknya, ketika konsep Megapolitan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur) berlaku, Depok sudah siap.

Penulis : R Adhi Kusumaputra
Diberdayakan oleh Blogger.